Salah satu syarat utama dalam menimbang dengan menggunakan neraca analitik adalah neraca harus dalam keadaan datar.
Bagaimana kita tau kondisi neraca dalam keadaan datar??
Neraca dalam keadaan datar adalah jika posisi gelembung udara persis berada di tengah Waterpass.
Mendatarkan neraca dilakukan dengan memutar kaki neraca baik kaki sebelah kiri maupun kaki kanan ataupun kedua kaki secara bersamaan bergantung pada posisi awal gelembung udara.
Water pass
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
Posisi 5
Posisi 6
Posisi 7
Posisi 8
All About .....
Selasa, 07 Juli 2015
Senin, 23 Februari 2015
FYI : Serat Agel
Taukah kamu????
Bahan baku tas cantik yang berharga puluhan hingga ratusan ribu rupiah berasal dari pohon gebang. Tas cantik dari serat tumbuhan atau tas agel dibuat dari tangkai daun pohon gebang. Tangkai daun pohon
gebang dibelah, direndam, dijemur dan dirangkai menjadi tangkai kecil sehingga disebut serat agel.
Bahan baku tas cantik yang berharga puluhan hingga ratusan ribu rupiah berasal dari pohon gebang. Tas cantik dari serat tumbuhan atau tas agel dibuat dari tangkai daun pohon gebang. Tangkai daun pohon
gebang dibelah, direndam, dijemur dan dirangkai menjadi tangkai kecil sehingga disebut serat agel.
Penetapan Ni dengan Pereaksi DMG
Prosedur :
1. Timbang
dengan cermat 0,3 – 0,4 g amoniumnikelsulfat (NH4)2SO4.NiSO4.6H2O
kedalam piala 400 ml yang dilengkapi tutup kaca arloji dan pengaduk.
2. Larutkan
dalam air, tambahkan 5 ml HCl (1:1) dan encerkan sampai 200 ml.
3. panaskan
sampai 70 – 80 oC, tambahkan dimetilglioksima sedikit berlebih
(sedikitnya 5 ml untuk setiap 10 mg Ni yang ada) dan segera tambahkan larutan
ammonia encer setetes demi setetes langsung kedalam larutan bukan melalui
dinding sambil terus diaduk sampai terjadi pengendapan , lalu sedikit berlebih.
4. Diamkan
diatas penangas air selama 20-30 menit, dan uji larutan untuk melihat apakah
pengendapan telah lengkap bila endapan merah telah mengenap.
5. Diamkan
endapan selama 1 jam , sambil menjadi dingin , saring larutan yang dingin itu,
melalui krus gooch, krus saring dari kaca masir atau porselin, yang sebelumnya
telah dipanaskan sampai (110 – 120 oC) dan ditimbang setelah didinginkan dalam
desikator. Cuci endapan dengan air dingin sampai bebas klorida dan keringkan
ini pada 100 – 120 oC selama 45 – 50 menit.
6. Dinginkan
dalam desikator dan timbang. Ulangi pengeringan sampai dicapai bobot konstan.
Timbang sebagai Ni(C4H7O2N2)2
yang mengandung 20,32 % Ni. Hitung % nikel dalam garam tersebut.
Kamis, 19 Februari 2015
Pembuatan Larutan DMG (DimetilGlioksima)
Larutan dimetilglioksima biasanya digunakan sebagai reagen pengendap pada penetapan Ni secara gravimetri.
Ni dengan DMG akan membentuk endapan yang berwarna merah. Namun, sifat endapannya berupa koloid sehingga awalnya endapan akan mengapung diatas permukaan.
Larutan DMG memiliki konsentrasi maksimal 1% karena diatas 1% DMG tidak akan larut.
Cara pembuatan Larutan DMG 1%
Ni dengan DMG akan membentuk endapan yang berwarna merah. Namun, sifat endapannya berupa koloid sehingga awalnya endapan akan mengapung diatas permukaan.
Larutan DMG memiliki konsentrasi maksimal 1% karena diatas 1% DMG tidak akan larut.
Cara pembuatan Larutan DMG 1%
- Timbang dengan teliti 1 gram DMG
- Larutkan menggunakan alkohol.
- Tuang DMG sedikit demi sedikit
- Tepatkan larutan menjadi 100 mL
Selasa, 14 Oktober 2014
Perbedaan antara Permenkes No 416 Tahun 1990, Permenkes No 907 Tahun 2002 dan Permenkes No 492 Tahun 2010
Ø Perbedaan
Permenkes yang mengatur tentang air minum antara Permenkes No 416 Tahun
1990,Permenkes No 907 Tahun 2002 dan Permenkes No 492 Tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
Permenkes
No 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air
·
Air minum didefinisikan sebagai air yang
kualitasnya memenuhi kesehatan dan dapat langsung
diminum.
·
Pada Permenkes No 416 tahun 1990 diatur
tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air yang meliputi air bersih,
air minum, air kolam renang dan air pemandian umum.
·
Parameter pada persyaratan kualitas air minum
dibedakan menjadi :
1. Fisika
2. Kimia
(Anorganik dan Organik)
3. Mikrobiologik
4. Radioaktivitas
Permenkes No 907 Tahun 2002 Tentang Syarat – Syarat Pengawasan
Kualitas Air Minum
·
Air minum didefinisikan sebagai air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
·
Selain tentang kualitas air minum pada
permenkes No 907 tahun 2002 juga dilengkapi dengan tata cara pelaksanaan
kualitas air minum dan pengawasan internal kualitas air oleh pengelola air
minum.
·
Parameter pada persyaratan kualitas air minum
dibedakan menjadi :
1. Bakteriologis
2. Kimia
a. Bahan
Organik yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan
b. Bahan
Organik yang kemungkinan menimbulkan keluhan pada konsumen
c. Bahan
An Organik yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan
d. Bahan
An Organik yang kemungkinan menimbulkan keluhan pada konsumen
3. Radioaktivitas
4. Fisik
Permenkes No 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
·
Air minum didefinisikan sebagai air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
·
Parameter pada persyaratan kualitas air minum
permenkes 492 Tahun 2010 dibedakan menjadi 2 parameter yaitu parameter wajib
dan parameter tambahan.
·
Parameter wajib meliputi:
1.
Parameter
yang berhubungan langsung dengan kesehatan yaitu parameter mikrobiologi
dan kimia anorganik.
2.
Parameter yang tidak berhubungan langsung
dengan kesehatan yaitu parameter fisik dan kimiawi.
·
Parameter tambahan meliputi
1.
Parameter
kimiawi yaitu:
a.
Bahan organik
b.
Bahan anorganik
c.
Pestisida
d.
Desinfektan dan turunannya
2.
Parameter radioaktivitas
Ø Kualitas
lingkungan semakin menurun hal ini dapat dilihat pada Permenkes No 416 Tahun 1990 air minum didefinisikan sebagai
air yang bisa langsung diminum asalkan memenuhi persyaratan sedangkan pada
permenkes No 907 Tahun 2002 dan Permenkes No 492 Tahun 2010 air minum ada yang
harus melalui pengolahan agar bisa diminum.
Ø Pada Permenkes No 492 tahun 2010 pasal 3
menyebutkan bahwa parameter wajib adalah persyaratan kualitas air minum yang harus dipenuhi oleh seluruh
penyelenggara air minum sedangkan parameter tambahan dapat ditetapkan oleh
pemerintah daerah berdasarkan kondisi lingkungan masing – masing. Hal ini
menunjukkan bahwa kontrol air minum akan bergantung pada kebijakan pemerintah
daerah masing – masing.
Pada Permenkes No 907 tahun 2002 lampiran II tentang
tata cara pelaksanaan kualitas air minum point 6 disebutkan adanya parameter
minimal yang harus secara rutin diperiksa. Parameer minimal tersebut mirip
dengan parameter wajib pada Permenkes 492 tahun 2010. Namun, pada permenkes No
907 tahun 2002 disebutkan adanya pemeriksaan sisa chlor sebagai parameter
minimal namun pada parameter wajib pada Permenkes 492 tahun 2010 sisa khlor
tidak wajib diperiksa. Hal ini menunjukkan adanya kelonggaran pada Permenkes
492 tahu 2010.
Jumat, 10 Oktober 2014
Penetapan Kadar Fe secara Gravimetri
Salah satu cara penentuan kadar besi secara gravimetri
adalah melibatkan pengendapan besi (III) hidroksida disusul dengan pengeringan
pada suhu tinggi menjadi Fe2O3. Bijih besi biasanya dilarutkan dalam asam klorida, dan asam nitrat
digunakan untuk mengoksidasi besi ke keadaan bilangan oksidasi 3+. Jadi larutan
yang mengandung Fe(III) diolah dengan larutan amonia yang sedikit berlebih
untuk mengendapkan Fe(OH)3 (sebenarnya disebut oksida berair, Fe2O3.xH2O).
Fe+3
+ 3 NH3 + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 NH4+
Oksida
berair dari besi merupakan endapan mirip gelatin yang sangat tidak larut dalam
air. Endapan dicuci dengan air yang mengandung sedikit amonium nitrat untuk
mencegah peptisasi/pengendapan halus. Penyaringan dilakukan dengan
menggunakan kertas saring. Kertas saring berisi endapan dibakar habis dan
endapan dipanggang pada suhu yang cukup tinggi untuk menghilangkan air.
Cara Pengujian
- 0,8 gram (NH4)2SO4.Fe2(SO4]3.6H20 ditimbang lalu masukkan dalam beakerglass
- Tambahkan 50 mL air ; 10 mL HCl (1:1) dan 1-2 mL HNO3 pekat
- Didihkan perlahan-lahan sampai warna menjadi kuning (biasanya diperlukan 3-5 menit) Pada tahap ini dilakukan uji oksidasi besi
- Encerkan larutan menjadi 200 mL, panaskan sampai mendidih dan perlahan-lahan tambahkan lar ammonia murni 1:1 dengan aliran lambat dari piala kecil, sampai terdapat sedikit berlebihan seperti ditunjukkan oleh bau dari uap air diatas cairan
- Didihkan cairan perlahan-lahan 1 menit dan biarkan endapan mengendap
Endapan besi berwana cokelat tua dan warna larutan tidak berwarna |
- Dekantasikan cairan supernatan
- Tambahkan sekitar 100 mL lar Amonium-nitrat 1 % yang mendidih kepada endapan, aduk campuran baik-baik dan biarkan endapan mengendap.
- Dekantasi sebanyak mungkin cairan melalui saringan.
- Cuci endapan 3-4 kali dengan dekantasi porsi @ 75-100 mL lar Am.nitrat 1 % yang panas.
- Pindahkan endapan kedalam kertas saring, setiap partikel kecil yang menempel pada dinding bejana atau pada pengaduk dilepaskan dan dipindahkan dengan bantuan air panas dari botol pencuci.
- Cuci besi (III) hidroksida ini beberapa kali dengan lar amoniumnitrat panas sampai bebas ion klorida.
- Kertas saring yang telah ditiris, tekuk pinggirnya dan pindahkan ke krus yang telah ditimbang.
- Panaskan dalam tanur listrik pada 850 derajat Celcius selama 20 menit, kemudian dinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian timbang.
- Ulangi pemijaran (10 – 15 menit) sampai diperoleh bobot konstan (dengan batas selisih 0,0002 g)
Fe2O3 |
Uji oksidasi besi
Untuk mengetahui apakah besi sudah teroksidasi semua maka dilakukan uji berikut ini:
- Pindahkan setetes larutan kedalam tabung reaksi dengan batang pengaduk, dan encerkan dengan kira-kira 1 mL air.
- Tambahkan beberapa tetes lar.Kaliumheksasianoferat (III) 0,1 % yang baru saja dibuat.
- Jika timbul warna biru berarti besi (II) masih ada dalam larutan, dan lebih banyak lagi asamnitrat harus ditambahkan.
Langganan:
Postingan (Atom)